Gejolak ekonomi global menyebabkan rupiah mengalami
pelemahan. Kini, nilai rupiah terhadap USD 1 mencapai Rp 14.000.
Tak hanya melemahkan ekonomi nasional, melemahnya nilai
rupiah juga bisa menyebabkan rencana strategis (renstra) untuk memperbaharui
alat utama sistem senjata (alutsista). Pemerintah dengan terpaksa melakukan
pemotongan anggaran pertahanan.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tantowi Yahya mengungkapkan,
selain menyebabkan ekonomi melemah, kondisi tersebut juga membuat anggaran
dipotong. Selisihnya cukup besar, hampir mencapai Rp 7 triliun.
"Anggaran pertahanan alami pemotongan, dulu Rp 102
triliun tinggal Rp 96 triliun, jadi pemotongan hampir Rp 7 triliun," ujar
Tantowi. Politikus Partai Golkar ini meyakini pemotongan tersebut
sangat memberatkan, terutama bagi TNI. Sebab, pemerintah maupun DPR sudah
berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan sekaligus penguatan maritim.
"Sudah pasti pembelian kita untuk alutsista asing akan
berdampak pada anggaran, karena kita belinya pakai dolar AS," ungkapnya. Sejauh ini, anggaran pembelian yang tersedia merupakan
kelanjutan kerja sama sebelumnya, yakni pengadaan kapal selam dan pesawat
tempur. Belum ada pembicaraan lebih lanjut mengenai pengadaan alutsista baru
untuk memperkuat basis maritim.
Pemerintah sudah melakukan pembayaran terhadap beberapa
alutsista sesuai kredit yang disepakati dengan negara produsen. "Sebagian
sudah dibayar, sudah enggak ada masalah. Kalau yang belum, saya tidak tahu
detailnya," tutup dia.
Sementara itu, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian
Pertahanan Brigjen Djundan Eko Bintoro mengatakan, pelemahan dolar belum
memberikan pengaruh terhadap rencana pertahanan Indonesia. Sebab, pemerintah
maupun DPR belum menyepakati besaran anggaran.
"Belum, jadi kami belum bahas. Saat ini masih proses,
belum bahas anggaran. Jumlah berapa tapi memang ada alokasi untuk
renstra," sahut Djundan.
Sumber: Merdeka
Sumber: Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar